Kebencian memang benar-benar setengah dari cinta. Yah,
itulah postinganku sebelumnya. Mengenai tulisan teman SMA ku yang berjudul
“KEBENCIAN ITU SETENGAH CINTA DARI TUHAN”.
Kali ini aku aku akan bercerita dari perspektif lain. Yaitu
mengenai apa yang terjadi dihidupku hingga aku benar-benar meyakini bahwa
kebencian itu memang benar-benar setengah dari cinta.
Aku ingat banget saat aku SMP, guru PKN bercerita,
ber-intermezzo dikelas di saat terakhir masa SMPku. Beliau berkata, saat masa
depan nanti janganlah kamu benar-benar, amat, sangat, banget membenci suatu
hal. Yah, karna hal yang kamu benci itu justru akan berbalik kepada dirimu
sendiri. Aku juga saat itu sering menonton sebuah film,sinetron atau ftv,
bahkan hampir semua cerita di novel-novel teenlit mengatakan bahwa sekat antara
benci dan cinta itu sangat tipis.
Belum masuk di logikaku. Rasa benci dan cinta memang jauh
berbeda.
Namun perlahan, semakin kesini, semakin dewasa, semakin
mereview kebelakang, aku justru melakukan hal-hal yang aku tidak sukai
(benci).hal-hal yang sudah dikonsep untuk ku benci tiba-tiba saja dengan
gampangnya aku sukai dan lakukan. Contoh kecil, saat aku sangat membenci angka
13, justru aku menggilai lelaki dengan tanggal kelahiran 13 yang kini menjadi
kenangan cinta pertamaku. Sahabat ku pun kelahiran tanggal 13. Lalu saat aku
masih sekolah, aku amat sangat membenci hal-hal yang berbau politik. Namun
kenyataannya, kini aku sedang menempuh pendidikan di fakultas ilmu social dan
politik. Lanjut dengan makanan, aku sangat tidak menyukai bubur, namun apa
boleh buat, aku harus bersahabat dengan makanan yang ku anggap seperti muntahan
itu karna kondisi fisikku yang tidak selalu kuat. Terakhir, aku yang tipe orang
blak-blak-an & terbuka, sangat muak dengan basa-basi, kepura-puraan, nyatanya
aku kuliah di jurusan dimana pencitraan adalah nomor wahid, dimana yang
terlihat hanya yang baik-baik saja. Kejelekan harus sebisa mungkin
disembunyikan. Blak-blak-an sangatlah dihindari, semua ada konsep dan scenario
sedang aku tipe orang yang suka melakukan hal-hal random/ spontan.
Itu hanya sebagian kecil contoh bagaimana hal-hal yang aku
benci/ tidak sukai berbalik kembali kepada diriku. Suka tidak suka mau tidak
mau, aku harus belajar. Belajar mencintai apa yang aku dapat dan apa yang aku
jalani. Yah, terapkan prinsip “Love what you do. Do what you Love”. Yah, kini-
Logika sudah dapat menerima bahwa benci memang setengah dari cinta. Kalo teman
aku Ita Cahraeni mengatakan Kebencian itu setengah cinta dari Tuhan, yah
memang, karna scenario dariNya lah kita mendapat dan menjalani.
“Bisa jadi apa yang kamu benci itu baik untukmu, sedang apa
yang kamu sukai itu dapat menyebabkan mudharat bagimu. Allah maha mengetahui”
0 komentar:
Posting Komentar