After Graduate

Senin, 30 November 2015

Tepat 1 Desember Taun Lalu, 1 Desember 2014 

Alhamdulillah Allah takdirkan saya lulus lebih cepat dibanding teman-teman yang lain. Dengan masa studi 3 tahun 5 bulan. Lulus dengan predikat memuaskan dan (hampir) mengantongi IPK cumlaude. Hhheee.



Bagi saya, itupun sebuah momen pembuktian bahwa seorang organisatoris dengan segala kegiatan akademik dan organisasinya juga mampu berprestasi gemilang dan lulus lebih cepat. Hingga akhirnya, pendapat bahwa organisatoris lulus lambat dapat terpatahkan.


Sudah lulus bukan berarti berhenti belajar. Justru, saya lebih ekstra belajar menghadapi kehidupan setelah lulus. 2015 ialah tahun pertemuan dengan orang-orang baru yang mengajarkan ilmu-ilmu baru & bermanfaat untuk saya & orang sekitar.

Di awal tahun, saya bertemu senior di kampus yang juga memiliki bisnis di bidang textil. Disitu, saya banyak belajar mengenai proses produksi sampai pemasaran.

Pertengahan Tahun mulai beralih ke marketing komunikasi. Lebih spesifik komunikasi politik. Karena pekerjaan pertama saya ialah Staf pada perusahaan konsultan komunikasi, juga saya memegang jabatan sebagai LO untuk proyek pilkada di Bontang.

3 bulan di konsultan akhirnya saya berhenti dan fokus pada rekrutmen di perbankan. Disini, saya banyak bertemu dan belajar hal baru (lagi) lebih-lebih mengenai dunia perbankan, tahap rekrutmen dan psikologi dunia kerja.

Setelah itu, saya menyerah pada ambisi untuk menjadi pegawai Bank. (Mungkin ini juga salah satu jalan dari Tuhan).

Untuk Mengisi waktu selama belum mendapatkan pekerjaan, saya mencoba untuk mengikuti pelatihan administrasi perkantoran di suatu tempat pelatihan yang bekerja sama dengan disnaker Bontang & BLKI samarinda. Sebulan mendapat pelatihan hingga akhirnya tibalah waktu magang. Sebelumnya, Kantor Pos, Telkom & Dinas penerangan sempat menolak saya.

Namun saat itu, saya pasrahkan & kembalikan pada Tuhan. Apapun yang terjadi, Saya berdoa untuk tetap ikhlas menerima kenyataan dan tetap semangat untuk usaha lebih keras.

Hingga akhirnya, Perusahaan penghasil pupuk terbesar di Asia Tenggara menghubungi instansi pelatihan saya, dan akhirnya saya & beserta teman2 lain direkomendasikan untuk mengikuti tes diperusahaan pupuk tersebut.

2 minggu setelah itu saya pun dinyatakan lolos dalam seleksi dan menjalani masa training selama seminggu sebelum akhirnya ditempatkan di unit kerja.




***



Masih serasa mimpi dan penuh syukur tentunya. Aku bisa magang ditempat yang dulu tak bisa kubayangkan. Bisa berada ditempat yang dengan pengamanan ketat dan hanya bisa ku lihat dari kejauhan. Dari balik pagar pembatas yang menjulang tinggi.

Juga disini, Allah menunjukkan, bahwa rencana-Nya memang terbaik. Gagal dalam setiap tes rekrutmen Bank, Ditolak dari kantor pos, Telkom dan dinas penerangan. Tapi Allah berikan yang lebih baik. Yaitu Departemen Keuangan.

Dari rentang pelatihan sampai tulisan ini aku ketik, Alhamdulillah, Tuhan memberikan rezeki dalam bentuk lain yaitu dipertemukan dengan orang-orang baik, berenergi positif dan mau berbagi banyak ilmu baru.
Memang benar, kita dapat mereguk ilmu dari banyak pintu dan semoga ilmu yang didapatkan kelak akan dapat bermanfaat.


For better future
For better Life


Alhamdulillah

#throwback

Senin, 01 Juni 2015

Hallo juni.

Juni Taun lalu banyak cerita. Seminggu pertama ada dirumah *ini libur pertamaku selama kuliah di semester 6, semester paling padat kegiatannya* Lalu minggu kedua ngjalanin UAS, namun dipertengahan UAS malah sakit. Niatnya pulang berobat ke Bontang bentar ajah, tapi situasi berkata lain. Begitu sampai ke bontang langsung dilarikan kerumah sakit karna kondisiku yg sudah sangat lemah. Gak sampai disitu, saat di UGD terlantar smpai subuh karna saat itu dokter jaganya cuman 1 dan ada pasien yg lebih urgent drpd aku. Yah, minggu ketiga di juni taun lalu dihabiskan dirumah sakit. Lalu begitu keluar rumah sakit, tanpa bedrest dulu, di minggu keempat juni langsung ngjalanin pengabdian masyarakat (KKN). Bener2 perjuangan. Tapi tetap bersyukur karna saat itu, teman kos, teman kuliah dan teman KKN sangat mengerti kondisiku saat itu. 

Berubah


Setomboy apapun perempuan, aku yakin dia pasti ingin tampil cantik. Walaupun ia tidak pernah mengatakannya. Itulah pengamatan disekitarku terhadapa teman-temanku.

Ada waktunya kamu yang boyish akan berubah menjadi girly. Itu sudah naluri.

Namun, aku heran, saat usia SMA atau kuliah, wanita2 yang peduli penampilan itu seakan dicibir. Yah, mungkin kasarnya disebut 'centil' atau 'genit'

Aku termasuk pro dengan orang-orang yang menjaga penampilan tersebut. Tidak harus cantik, namun setidaknya merawat diri. Tidak melulu dandan di setiap acara namun tau penempatannya.

Atau mungkin kalian penganut aliran 'inner beauty' atau 'cantik natural' ??? Hey, cantik natural bukan berarti tidak merawat sama sekali Apa yang sudah diberi Tuhan. Dan inner beauty itu hukumnya mutlak. Tidak hanya membuat penampilan luar yang cantik, namun harus diikuti dengan manner dan attitude yang baik.

Bicara attitude, setiap kali aku dekat dengan seseorang, aku selalu berusaha untuk memantaskan diri. Baik dari segi wawasan, penampilan, bahkan kelakuan. Memang jika dilihat dari luar mereka akan berkata 'Be yourself' saja. Namun bagiku, kalo untuk perubahan ke arah yang lebih baik kenapa gak ?? Toh, aku masih merasa nyaman dan tetap merasa menjadi diriku sendiri.

Juga saat memasuki usia 20an, menjaga penampilan sudah mutlak namanya. Sesayang-sayangnya kamu dengan sepatu kets/converse mu, kau harus berpenampilan formal dan profesional. Jika tidak begitu, maka kau akan kesusahan sendiri bahkan malu sendiri.

Untuk itu, para wanita yang merawat diri merupakan sebuah persiapan. Selain itu, kegiatan merawat diri bagi wanita itu merupakan kegiatan yang memiliki efek kesenangan tersendiri. Misal saja, berdandan. Jika saat sedang galau, aku berdandan untuk diriku sendiri. Karna berdandan membuatku merasa lebih baik saat itu. Saat sedang stress, aku dengan mudahnya membuang tabunganku hanya untuk menyumpal kelaparan mata pada aksesories atau baju. Bahkan berlibur ditengah harga tiket yang lumayan tinggi. Jika bukan kita, siapa lagi.

Well, untuk kalian yang mencibir wanita-wanita yang merawat diri, akan ada saatnya kamu berubah, entah dari segi pakaian atau make-up ke arah yang lebih girly. Karna itu naluri ..

Kisah seminggu yang lalu

Berdua lebih baik
Jaman sudah modern. Gak ada orang yang hidup saling berjauhan. Tapi tidak ada juga orang yang hidup saling berdekatan. Sepeti jejaring sosial. Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat .

"Kau hanya membutuhkan 1 orang teman, itu sudah cukup, hanya satu, dengan begitu kau tidak akan takut" Han Jung Wo - I miss u

Beberapa waktu terakhir kejenuhanku makin menjadi-jadi. Ada yang aneh dengan diriku. Aku tiba-tiba saja merasa kesepian. Bukan karna aku tidak memiliki teman. Tapi karna tak ada yang mampu memahamiku. Mereka hanya mendengar, tapi tidak memahami. Terlebih ini adalah masa dimana aku berhenti berpetualang dan merasa amat sangat kehilangan pada pemilik labuhan petualanganku. Berpetualang dari satu hati-hati ke hati lain. Namun anehnya, aku berhenti berpetualang pada hati yang tidak pernah kusangka-sangka.
Hingga aku sedikit berubah, menjauh dari pergaulanku, menyendiri. Aku tidak menyalahkan mengapa orang-orang tersebut tidak memahamiku, karna aku sendiri sebenarnya tidak mengetahui apa yang ku ingini. Karna aku merasa ada yang hilang tanpa tau apa yang sudah ku temukan. Anehnya jika kejenuhan itu mulai menjadi-jadi aku seakan bersedih tanpa tau apa yang harus ku sedihkan.

***

Lain lagi dengan cerita kesepian ku karna aku merindukan rumah & keluargaku. Aku bukan tertutup pada mereka, hanya aku tidak ingin menambah beban mereka. Hari-hari mereka sudah cukup berat untuk mencari uang demi makanan enak, baju bagus, dan ijazah untukku. Aku tidak ingin dengan cerita sedih dan keluhanku yang tidak seberapa itu menambah kerunyaman hidup mereka. Memang No pain no gain. Tapi pain tolerance ku rendah. Aku terbiasa menjadi anak tunggal dan manja selama 14 tahun, dan saat usia 17 tahun.harus belajar hidup mandiri dan sendiri dikota orang. Bergelut dengan sumpeknya ibukota dan menyimpan banyak kesal dalam hati sendiri. Yah sendiri.

Alhasil aku mulai belajar untuk berteman dengan diriku sendiri, membahagiakan diri sendiri dan berusaha nyaman melakukan apa-apa sendiri. Jangan heran jika melihatku berbelanja di mall sendirian, jangan juga heran melihatku membeli dvd drama bajakan lalu menonton drama berjam-jam hingga lupa waktu dan membeli es krim saat cuaca sedang dingin. Aku hanya belajar menerima keadaan, belajar membahagiakan diriku sendiri. If i'm not for my self, who will be ?? Jika sendiri terasa nyaman, berdua pasti akan lebih baik. Karna jarang ada yang betah berlama-lama denganku. Untuk itu, aku amat sangat berterima kasih untuk orang-orang yang mau menemaniku dalam waktu yang lama, aku amat sangat menghargainya.
Hingga akhirnya, tanpa angin tanpa petir, aku kelelahan dan aku menangis didepan orang tuaku, menangis sejadi-jadinya namun tidak ada yang aku ucapkan. Banyak yang ingin aku ceritakan, tapi aku hanya sanggup membuat suara tangisan.
Yah . Beginilah kisah kejenuhanku .

Puisi Puisi Favorit

Selasa, 12 Mei 2015

Benzbara
Tempias
sebelumnya aku pernah begitu mendamba ricikMu
kota-kota ini, tuan, adalah kota yang berasal dari senja

di dalam lembar-lembar kosong kitab suciMu
hangat, sebentar, melelehkan, dan melelahkan

tapi kematian terlahir sebagai harakat yang panjang
ia harus panjang pula diucapkan, ia terlampau jauh

namun menyala
demikian dekat
demikian terang

kota-kota ini tumbuh dari kealpaan, aku adalah napasMu
napasMu telah larut dalam hampa udara dalam doa-doa

sebelumnya aku pernah begitu mendamba ricikMu
sebelum engkau menjelma tempias yang hanya halus

namun amat basah

demikian lekat
demikian erat

2013

 




Chachathaib




Mungkin,
Warna kulitku sengaja dibuat seperti ini, karena jodohku menyukainya.
Bentuk wajahku seperti ini, karena jodohku menyukainya.
Kekonyolanku tidak bisa hilang, karena jodohku pernah jatuh cinta karenanya.

Mungkin,
Warna bola mataku sengaja dibuat Tuhan seperti ini, karena jodohku senang memerhatikannya saat aku dengan begitu antusias jika bercerita.
Bibirku sengaja dibuat tipis, karena jodohku senang menciumnya.
Jerawat dan kulit wajahku yang tidak mulus ini, adalah cara Tuhan menunjukkan bahwa jodohku menerimaku apa adanya.

Mungkin, mungkin, mungkin..
sedemikian tidak sempurnanya aku, memang dirancang Tuhan sedemikian rupa untuk memberi tahu bahwa ada jodohku yang lebih dulu diciptakannya untuk menyeimbangkan juga melengkapiku. Seutuhnya.
 


Hidden Beach



 

Pada Pantai Rahasia.

Setidaknya sekali seumur hidup, kamu harus merasakan jatuh cinta di kota ini, terlebih pada senjanya. Senja di kota minyak. Sedari kecil senja di kota ini selalu sukses membuatku jatuh hati. Cantik namun sebentar, memukau, namun begitu lekas hilang. Seperti kamu. 

 

Di kota ini,aku mengenang bagaimana kita bisa bertemu, menelusuri tempat-tempat yang mungkin pernah kau datangi, dan menerka-nerka bagaimana rasanya menjadi kamu. Lama tidak mendengar kabarmu, bagaiamana kah kamu sekarang, apakah kamu sedang berbahagia ? semoga kamu selalu dijagaNya dengan baik. Dan kamu, berjanjilah untuk selalu baik-baik saja, karena untuk sementara aku tidak akan ada di sekitarmu.

 

“Tidak ada korelasi positif antara durasi sebuah pertemuan dengan mudah-tidaknya melupakan atau meninggalkan kenangan dan ingatan yang tersisa ketika pertemuan itu berakhir” dikutip dari Novel Surat untuk Ruth.

 

Yah, kutipan itu setidaknya mewakili unek-unekku saat ini. Did you know when you go it’s the perfect ending, to the bad day I just beginning, when you go all I know is you’re my favorite mistake. Aku pernah ada di masa ketika yang hilang itu membuat ku kelabakan dan berurai kata meracau, hingga tidak dapat mengendalikan diriku sendiri.

 

Aku tidak akan membenci atau mendendam atas apa yang sudah terjadi. Pikirku, memang inilah yang harus terjadi.  Justru aku berterima kasih. Terima kasih karna waktu itu sudah menyempatkan waktu untuk membaca surat ku yang tidak seberapa itu, dan mungkin membuatmu berguman “apaan sih, lebay, norak” . tapi tidak apa, itu hak mu. Terima kasih karna dulu sempat membuatku merasa dicari, terima kasih untuk tetap ada dan tidak seketika memutuskan komunikasi, dan terima kasih sudah membuatku yang naïf ini bisa berani berjalan sejauh ini. Aku amat sangat berterima kasih , karna kini, jika melihat kebelakang, aku sudah berjalan ke arah yang lebih baik.

 

Aku menulis ini bukan karna ingin menjadi penulis, setidaknya ini membantuku melepas kenangan dan pikiran masa lalu yang dulu pernah ku genggam dengan erat dan membebani pikiran hingga membuatku kelelahan dan sakit.

 

Kini aku tidak akan menyangkalnya lagi, malah akan berusaha lebih menerima. Namun maaf jika sewaktu-waktu aku masih mencarimu, masih mengharapkanmu, tidak bisa menghilangkan perasaan ku begitu saja, mohon maaf. Kau tau ini hati, aku pun tidak dapat mengendalikannya.

 

Be down to earth yaa, mimpimu mungkin setinggi langit, tapi kakimu masih harus berpijak di bumi. Kejar mimpi dan cita-citamu. Jika kau tersandung dan jatuh, jangan merasa sendiri, aku siap membantu dan menopangmu. Dan nanti mungkin bukan aku yang ada di sampingmu atau baris terdepan melihat kesuksesanmu, namun ketahuilah standing applause terkeras itu adalah dari aku.

 

*dalam rinai hujan*

Balikpapan, 28 April 2015 – 09.30 pm



Calon Menantu Pria Idaman Para Ayah



Dalam artikelnya, "A Daddy's Letter to His Little Girl (About Her Future Husband)", sebagai seorang ayah, Kelly mengungkapkan isi hatinya lewat surat tentang kriteria pria yang diinginkannya sebagai suami putrinya. Surat ini menggambarkan bahwa seorang ayah sebenarnya tidak punya kriteria yang muluk dan berat kepada pria yang akan menjadi menantunya. Yang terpenting adalah si pria harus bisa membahagiakan dan menjaga putrinya sepenuh hati, seperti ayah yang menjaga putrinya. 


Inilah surat Kelly untuk putri-putrinya.


"Putriku, Aku hanya ingin mengatakan sesuatu kepadamu. Seorang pria yang layak untukmu adalah pria yang tahu bahwa kamu adalah sosok yang menarik. 

Aku tidak peduli kalau ia meletakkan sikunya di meja makan, selama ia tidak bisa melepaskan pandangannya darimu dan terpesona saat melihat senyumanmu. Dan ia tidak bisa berhenti untuk membuatmu tersenyum setiap saat.

Aku tak peduli kalau ia tidak bisa bermain golf bersamaku, asalkan ia bisa bermain dengan anak-anak yang kau berikan kepadanya, mengalami setiap masa senang dan frustrasi bersama-sama.

Aku tak peduli dia punya tubuh yang kuat, asalkan dia punya semangat dan usaha yang kuat untuk tetap bisa ada di hatimu selamanya. 

Aku tak peduli kalau dia boros dan tidak pernah mengikuti dompetnya, asalkan ia selalu bisa mengikuti kata hatinya yang selalu menuntunnya untuk kembali padamu.

Aku tak akan pernah peduli siapa yang akan dipilihnya di pemerintahan, asalkan saat ia bangun pagi ia selalu memilihmu dan menempatkanmu sebagai orang nomor satu di rumah dan di hatinya.

Aku juga tak pernah peduli dengan warna kulitnya, selama ia selalu bisa mewarnai kanvas kehidupan kalian dengan pengorbanan, pengertian, kesabaran, dan kelembutan.

Dan pada akhirnya sayangku, jika kau sudah menemukan pria seperti ini, aku akan menyetujuinya. Karena aku, ayahmu, dan pria yang akan menjadi suamimu ini, punya satu kesamaan. Kami akan sama-sama punya satu hal yang paling penting dalam hidup kami, yaitu kau."