Takdir

Selasa, 29 Oktober 2013


Kau percaya takdir ??
Bukankah semua yang terjadi didunia ini tidak ada yang terjadi karna kebetulan. Bahkan daun yang gugur dari rantingnya pun merupakan takdir. Percaya takdir berarti percaya tidak ada yang terjadi karna kebetulan. Setidaknya itulah kepercayaanku. Begitu juga pertemuanku denganmu.Pertemuan yang aku anggap takdir namun hanya kebetulan bagimu.

Kota ini, kini memasuki musim hujan. Dan angin kala hujan itu berhasil mengingatkan tentang rindu yang belum.usai.

Man proposes - God Disposes . Setidaknya ini satu lagi kepercayaanku.

Seorang anak perempuan berencana ingin bertemu dengan pujaan hatinya yang ia kagumi secara diam-diam. Ini sudah ke-2 kalinya rencana itu gagal. Entah ini takdir atau ujian dari Tuhan. Namun anak perempuan itu terus berharap, percaya bahwa nanti takdir akan berpihak kepadanya. Terus dan terus  berharap bahwa takdir akan berpihak padanya.

Namun apa jadinya jika keinginan anak perempuan itu tidak sesuai dengan harapannya ?? Yah , memang menyebalkan saat apa yang selama ini kau yakini ternyata hanya omong kosong.


*Dan aku menulis ini sebagai aku, bahwa meskipun takdir jarang berpihak pada anak perempuan itu, aku masih percaya dan yakin tentang takdir itu. Karna suatu hari nanti, takdir itu akan bosan untuk mengacuhkan anak perempuan itu.


30 Okt '13 saat setelah hujan reda dikota ini .. 
Published with Blogger-droid v2.0.10

Sekolah :: Haus Ilmu, Haus pertemanan

Senin, 21 Oktober 2013

"Kuliah yang bener, Biar nanti enak dapat kerja"

"Buat apa kuliah tinggi kalo.ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga ngurus anak dan suami dirumah"

"Buat apa kamu kuliah tinggi-tinggi kalo nanti tidak berkerja diperusahaan dan berjualan dengan berwirausaha"

Bisa mengeyam pendidikan di perguruan tinggi tentu hal yang amat sangat aku syukuri, Karna diluar sana ada yang memiliki semangat namun keberuntungan belum menghampiri, ada juga yang sudah beruntung namun kadang malah menyia-nyiakan.kesempatan bisa mengeyam.pendidikan di perguruan tinggi. Memang belajar bisa dimana saja, Bahkan pelajaran kehidupan tidak ada di bangku kuliah. Namun sekali lagi, Bisa mengeyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi itu hal yang amat sangat disyukuri.

Menjadi sarjana jangan hanya sekedar yang penting lulus. Karna 'kita' berbeda, 'kita' harapan dan agent of change.

Perkara saat seorang sarjana memutuskan untuk berwirausaha setelah lulus, hal yang sering dianggap remeh temeh bagi sebagian masyarakat. Begitu pun dengan aku, saat aku berkata pada orang tuaku ingin berwirausaha setelah lulus, tanggapan mereka tentu menolak. Yah, Sukses di masyarakat identik dengan materi, fasilitas, karier dan jabatan. Wirausaha, yang kasarnya dapat dikatakan dengan berjualan dianggap alternaltif pekerjaan terakhir, wirausaha dianggap pekerjaan dengan latar belakang pendidikan low.

Namun yang sebenarnya ialah berwirausaha itu setidaknya lebih terhormat ketimbang kamu memakan duit yang bukan hak mu (Korupsi). Bukan karna aku anak dari seorang pedagang lantas aku mengagungkan-agungkan wirausaha, untuk hal itu aku punya kebanggaan tersendiri. Bahkan dengan pekerjaan yang dianggap remeh temeh itulah yang mengantarkanku bisa kuliah, bisa mengetik tulisan di gadget ini dan masi bisa makan enak sampai sekarang.

Aku punya kekaguman tersendiri pada para 'pedagang'. Entah dari kelas high hingga kelas low. Aku salut. Bahkan dalam ilmu ekonomi pun pedagang dikatakan sebagai penggerak perekonomian daerah/negara.

Namun bukan berarti aku mengatakan menjadi karyawan/pegawai itu tidak baik. Menjadi karywan atau wiraswasta sama-sama baik. Tidak ada yang lebih baik. Karna keduanya seimbang. Baik atau tidak itu soal pilihan diri masing-masing.

Aku sendiri, Sekarang ini sedang menempuh studi komunikasi, namun aku juga punya minat lebih di psikologi dan ekonomi. Jika pun ada kesempatan, aku ingin mencoba. Insya Allah :)). Dan apapun pendidikan yang aku dapat, kelak adalah sebuah kebutuhan yanga amat sangat penting entah akhirnya aku berkarir, berwirausaha atau menjadi ibu rumah tangga, pendidikan itu akan menjadi kebutuhan anakku kelak, karna aku lah guru pertama dan utama untuk anakku. setidaknya, rasa haus intelektual dan haus pertemanan dan pertemuan dengan orang-orang hebat sudah terobati. Karna Sekolah bukan tentang ajang gengsi, tapi tentang haus ilmu.

"Sekolah itu bukan ajang
penunjukkan eksistensi diri, tapi
merasa diri lebih dari yang lain
adalah kebutuhan. Dan sekolah
adalah salah satu jalan untuk bisa
merasa lebih baik walaupun
mungkin pada kenyataannya tidak
selalu seperti itu,, tapi setidaknya
merasa lebih baik dan itu akan
membangun rasa percaya diri."
@falla_adinda


"Sekolah adalah dahaga
intelektual, bukan tentang
penunjukkan kecerdasan" -
@junohadinoto
Published with Blogger-droid v2.0.10