Re-write : Sekolah, Haus Ilmu, Haus Pertemanan

Rabu, 13 April 2016



Bisa mengeyam pendidikan di perguruan tinggi tentu hal yang amat sangat aku 
syukuri, Karna diluar sana ada yang memiliki semangat namun keberuntungan 
belum menghampiri,  ada juga yang sudah beruntung namun kadang malah 
menyianyiakan kesempatan bisa mengeyam pendidikan di perguruan tinggi. 

Memang belajar bisa dimana saja, Bahkan pelajaran kehidupan tidak ada 
di bangku kuliah. Namun sekali lagi, Bisa mengeyam pendidikan sampai ke 
perguruan tinggi itu hal yang amat sangat disyukuri.

Menjadi sarjana jangan hanya sekedar yang penting lulus. Karna 'kita' berbeda, 
'kita' harapan dan  agent of change. Perkara saat seorang sarjana memutuskan untuk 
berwirausaha setelah lulus,hal yang sering dianggap remeh temeh bagi sebagian 
masyarakat. Begitu pun dengan aku, saat aku  berkata pada orang tuaku ingin 
berwirausaha setelah lulus, tanggapan merekatentu menolak.  

Yah, Sukses di masyarakat identik dengan materi, fasilitas, karier dan jabatan. 
Wirausaha, yang  kasarnya dapat dikatakan dengan berjualan dianggap alternaltif
pekerjaan terakhir, wirausaha  dianggap pekerjaan dengan latar belakang 
pendidikan low.

Namun yang sebenarnya ialah berwirausaha itu setidaknya lebih terhormat 
ketimbang kamu memakan duit yang bukan hak mu (Korupsi). 
Bukan karna aku anakdari seorang pedagang lantas  aku mengagung-agungkan wirausaha, untuk hal itu aku punya kebanggaan tersendiri. Bahkan dengan pekerjaan yang dianggap remeh temeh itulah yang 
mengantarkanku bisa kuliah, mengantongi ijazah perguruan tinggi & 
bisa mengetik tulisan di gadget ini.

Aku punya kekaguman tersendiri pada para 'pedagang'Entah dari kelas 
high hingga kelas low. Aku salut. Bahkan dalam ilmu ekonomi pun pedagang 
dikatakan sebagai penggerak perekonomian daerah/negara. Namun bukan 
berarti aku mengatakan menjadi karyawan/pegawai itu tidak baik.  

Menjadi karywan atau wiraswasta sama-sama baik. Tidak ada yang lebih baik. 
Karna keduanya seimbang. Baik atau tidak itu soal pilihan diri masing-masing.

Aku sendiri adalah sarjana jurusan komunikasi. Namun aku tidak membatasi diriku, 
aku punya  banyak minat. Aku tidak membatasi diriku bahwa aku harus berkarier 
linear sesuai dengan background pendidikanku. Apapun yang aku minat aku 
coba melakukannya.  Tidak masalah jika tidak linear dengan background 
pendidikan ku. Aku pikir itu tandanya aku belajar hal baru.   Dan apapun 
pendidikan yangaku dapat, kelak adalah sebuah kebutuhan yanga amat sangat 
penting entah akhirnya aku berkarir, berwirausaha atau menjadi ibu rumah tangga,  
pendidikan itu akan menjadi kebutuhan anakku kelak, karna aku lah guru 
pertama dan utama untuk  anakku. setidaknya, rasa haus intelektual dan haus 
pertemanan dan pertemuan dengan  orang-orang hebat sudah terobati. 
Karna Sekolah bukan tentang ajang gengsi, tapi tentang haus ilmu.

Kamu hanyalah keluarga kecil yang mencoba memperbaiki hidup.  
Berikhtiar untuk hidup lebih baik. Bukan kah Tuhan tidak akan mengubah 
nasib suatukaum jika kaumnya tidak berusaha ? Hal itulah yang kami ilhami. 

Terinspirasi juga dengan kutipan pada novel Laskar pelangi 
“Tapi yang pasti pengalaman selalu menunjukkan bahwa hidup dengan usaha  adalah mata
yang ditutupuntuk memilih buah-buahan dalam 
keranjang. Buah apapun yang didapat tetap mendapat buah. 
Sedangkan hidup tanpa usaha adalah mata yang ditutup 
untukmencari kucing  hitam di dalam kamar gelap 
dan kucingnya tidak ada.” 


Terus berusaha, berjuang untuk mencapai cita-cita juga agar 
memiliki hidup yang lebih baik. Karna support itu juga yang selalu menjadi amunisi 
semangat disaat krisis semangat melanda. 


Menurutku kehausan untuk menuntut ilmu tidak membatasi siapapun.  
Mungkin mereka yang dari keluarga berkecukupan dengan fasilitas lengkap 
memiliki kesempatan lebih besar untuk mengeyam pendidikan di sekolah 
ternama. Namun setidaknya, pengajaran, perjuangan & nasehat dari orang tua untuk 
memperbaiki nasib, untuk masa depan  yang lebih baik membuktikan, ditengah 
kesederhanaan,untuk tetap mengutamkan pendidikan.

Bagi mereka meninggalkan warisan kepada anak berupa harta berlimpah tidaklah cukup.  
Mereka percaya dengan ilmu yang dimiliki itulah yang akan 
meninggikan derajat mereka di surga kelak. 


Menimba ilmu juga tidak harus di sekolah. 
Namun bukan berarti itu alasan untuk menjalani hidup apa adanya tanpa mengusahakan 
& berjuang  untuk mengeyam pendidikan. 


"Allah tidak menghukum orang yang tidak tahu 
 tapi Allah tidak suka dengan orang tidak mau tahu” . 


Kita dapat menimba ilmu dari manapun dan pastikan kelak akan bermanfaat,  
tidak hanya untuk diri sendiri namun bagi orang sekitar dan banyak orang.
Jika belum mendapatkan kesempatan untuk mengeyam pendidikan di perguruan tinggi, 
tetaplah belajar dari mana pun, dari banyak pintu ilmu. Menuntut ilmu adalah jalan untuk 
mendapatkan keridhoan-Nya. Ilmu adalah pintu untuk dapat menebar manfaat untuk sesama. 


"Sekolah adalah dahaga intektual, bukan tentang penunjukkan kecerdasa"- 
@junohadinoto