“katanya mahasiswa, tapi kok apatis sama lingkungan sekitar”
“katanya agent of change, tapi kok gak peka sama lingkungan sekitar”
“katanya mahasiswa, tapi kok apolitis”
“katanya mahasiswa, tapi kok golput”
Negri ini sudah kebanyakan
mahasiswa nyinyir. Kuliah hanya untuk pamer gadget dan mobil orang tua.
Bertemu dengan mahasiswa yang idealis kini sudah menjadi hal yang langka.
Jangankan yang idealis, yang peka/peduli terhadap lingkungan sekitar saja sudah
amat sangat jarang.
Kenapa mahasiswa sekarang banyak yang apolitis?? Apa yang
salah, apa ini efek globalisasi yang tanpa saringan hingga pola pikir manusia
menjadi individualis dan matrealistis ??
Tapi apa yang salah dengan apolitis ?? itu hak masing-masing
orang.
Namun apolitis di negri ini sudah amat sangat keterlaluan,
memang sebuah hak masing-masing orang untuk apolitis, namun sangat tidak etis
jika subjek yang apolitis itu berbicara menghakimi bahkan memaki orang-orang
yang peduli pada politik, orang-orang yang ingin melakukan perubahan. Tidak
suka berpolitik namun bernyinyir ria dari luar. Bukankah lebih baik menyalakan
lilin daripada mengutuk kegelapan. Generasi apolitis hanya pandai mengkritisi
dari luar namun sama sekali tidak tertarik bergabung didalamnya untuk melakukan
perubahan. Di negri ini, pendidikan politik sudah berhasil membuat generasi
muda menjadi apolitis dengan sajian sinetron politik setiap hari yang tidak ada
habis-habisnya. Hingga menghasilkan strereotipe politik itu kotor,hanya
mengejar kekuasaan/jabatan,Penuh konspirasi, nepotisme, penyelewengan. Politik
bukan untuk kepentingan public namun kepentingan beberapa pihak. Dalam politik
juga Teman bisa jadi lawan, lawan bisa jadi sahabat. Itulah gambaran singkat
mengenai dunia politik, khususnya di Indonesia.
Bicara politik, dunia kampus pun tidak lepas dari politik.
Universitas Mulawarman kini memasuki masa Pemilihan presiden BEM lagi. Tahun
ini ada 3 kandidat yang mencalonkan diri. Terlepas dari mana asal mereka, visi
misi apa yang akan mereka kampanyekan, tahun ini, apakah mungkin jumlah angka
golput akan meningkat lagi ?? angka golput yang tinggi pada sebuah pemira di
kampus pun sudah dapat menunjukkan banyaknya generasi apolitis yang lahir.
Entah dengan alasan kirisis kepercayaan pada politik, proses politik yang
asing, menyerah pada masalah-masalah politik dinegri ini atau memang mereka yang tidak mau peka bahkan
peduli pada lingkungan sekitar.
Namun Golput atau tidak pada pemira unmul tahun ini adalah
hak masing-masing dari setiap individu. Namun perlu diketahui, janganlah
mengutuk kegelapan, lebih baik kita menyalakan lilin. Janganmengumpat dan mengeluarkan sumpah serapah di social media
jika menemui birokrasi yang berbelit, jalanan dan fasilitas kampus yang rusak, penaataan ruang public kampus yang
amburadul, dan biaya kuliah yang makin tinggi. Itu adalah konsekuensi anda-anda
yang apolitis.
Jangan hanya pandai mengkritisi dari luar. Mari bergabung
didalam dengan menciptakan perubahan. Setidaknya gunakan hak pilih dalam pemira
dan lebih peka pada lingkungan sekitar. Itu pun sudah merupakan sebuah
partisipasi. Yah, berpartisipasi dalam gerakan menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Berpolitik dengan jujur,
bersih, idealis, dan dengan nurani memang susah. Namun bukannya kita ini adalah
agent of change ?? ada sebuah harapan di pundak kita. Biarkanlah generasi yang
‘tua’ itu membuat kekacauan di negri ini. Namun saat generasi kita yang
menjabat, kita harus belajar dan memperbaikinya. Kalau bukan kita, lalu siapa
?? anak muda harus bisa melakukan perubahan. Sekali lagi, lebih baik kita
menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.
Selamat memlih wahai harapan bangsa