Puisi Puisi Favorit

Selasa, 12 Mei 2015

Benzbara
Tempias
sebelumnya aku pernah begitu mendamba ricikMu
kota-kota ini, tuan, adalah kota yang berasal dari senja

di dalam lembar-lembar kosong kitab suciMu
hangat, sebentar, melelehkan, dan melelahkan

tapi kematian terlahir sebagai harakat yang panjang
ia harus panjang pula diucapkan, ia terlampau jauh

namun menyala
demikian dekat
demikian terang

kota-kota ini tumbuh dari kealpaan, aku adalah napasMu
napasMu telah larut dalam hampa udara dalam doa-doa

sebelumnya aku pernah begitu mendamba ricikMu
sebelum engkau menjelma tempias yang hanya halus

namun amat basah

demikian lekat
demikian erat

2013

 




Chachathaib




Mungkin,
Warna kulitku sengaja dibuat seperti ini, karena jodohku menyukainya.
Bentuk wajahku seperti ini, karena jodohku menyukainya.
Kekonyolanku tidak bisa hilang, karena jodohku pernah jatuh cinta karenanya.

Mungkin,
Warna bola mataku sengaja dibuat Tuhan seperti ini, karena jodohku senang memerhatikannya saat aku dengan begitu antusias jika bercerita.
Bibirku sengaja dibuat tipis, karena jodohku senang menciumnya.
Jerawat dan kulit wajahku yang tidak mulus ini, adalah cara Tuhan menunjukkan bahwa jodohku menerimaku apa adanya.

Mungkin, mungkin, mungkin..
sedemikian tidak sempurnanya aku, memang dirancang Tuhan sedemikian rupa untuk memberi tahu bahwa ada jodohku yang lebih dulu diciptakannya untuk menyeimbangkan juga melengkapiku. Seutuhnya.
 


Hidden Beach



 

Pada Pantai Rahasia.

Setidaknya sekali seumur hidup, kamu harus merasakan jatuh cinta di kota ini, terlebih pada senjanya. Senja di kota minyak. Sedari kecil senja di kota ini selalu sukses membuatku jatuh hati. Cantik namun sebentar, memukau, namun begitu lekas hilang. Seperti kamu. 

 

Di kota ini,aku mengenang bagaimana kita bisa bertemu, menelusuri tempat-tempat yang mungkin pernah kau datangi, dan menerka-nerka bagaimana rasanya menjadi kamu. Lama tidak mendengar kabarmu, bagaiamana kah kamu sekarang, apakah kamu sedang berbahagia ? semoga kamu selalu dijagaNya dengan baik. Dan kamu, berjanjilah untuk selalu baik-baik saja, karena untuk sementara aku tidak akan ada di sekitarmu.

 

“Tidak ada korelasi positif antara durasi sebuah pertemuan dengan mudah-tidaknya melupakan atau meninggalkan kenangan dan ingatan yang tersisa ketika pertemuan itu berakhir” dikutip dari Novel Surat untuk Ruth.

 

Yah, kutipan itu setidaknya mewakili unek-unekku saat ini. Did you know when you go it’s the perfect ending, to the bad day I just beginning, when you go all I know is you’re my favorite mistake. Aku pernah ada di masa ketika yang hilang itu membuat ku kelabakan dan berurai kata meracau, hingga tidak dapat mengendalikan diriku sendiri.

 

Aku tidak akan membenci atau mendendam atas apa yang sudah terjadi. Pikirku, memang inilah yang harus terjadi.  Justru aku berterima kasih. Terima kasih karna waktu itu sudah menyempatkan waktu untuk membaca surat ku yang tidak seberapa itu, dan mungkin membuatmu berguman “apaan sih, lebay, norak” . tapi tidak apa, itu hak mu. Terima kasih karna dulu sempat membuatku merasa dicari, terima kasih untuk tetap ada dan tidak seketika memutuskan komunikasi, dan terima kasih sudah membuatku yang naïf ini bisa berani berjalan sejauh ini. Aku amat sangat berterima kasih , karna kini, jika melihat kebelakang, aku sudah berjalan ke arah yang lebih baik.

 

Aku menulis ini bukan karna ingin menjadi penulis, setidaknya ini membantuku melepas kenangan dan pikiran masa lalu yang dulu pernah ku genggam dengan erat dan membebani pikiran hingga membuatku kelelahan dan sakit.

 

Kini aku tidak akan menyangkalnya lagi, malah akan berusaha lebih menerima. Namun maaf jika sewaktu-waktu aku masih mencarimu, masih mengharapkanmu, tidak bisa menghilangkan perasaan ku begitu saja, mohon maaf. Kau tau ini hati, aku pun tidak dapat mengendalikannya.

 

Be down to earth yaa, mimpimu mungkin setinggi langit, tapi kakimu masih harus berpijak di bumi. Kejar mimpi dan cita-citamu. Jika kau tersandung dan jatuh, jangan merasa sendiri, aku siap membantu dan menopangmu. Dan nanti mungkin bukan aku yang ada di sampingmu atau baris terdepan melihat kesuksesanmu, namun ketahuilah standing applause terkeras itu adalah dari aku.

 

*dalam rinai hujan*

Balikpapan, 28 April 2015 – 09.30 pm



Calon Menantu Pria Idaman Para Ayah



Dalam artikelnya, "A Daddy's Letter to His Little Girl (About Her Future Husband)", sebagai seorang ayah, Kelly mengungkapkan isi hatinya lewat surat tentang kriteria pria yang diinginkannya sebagai suami putrinya. Surat ini menggambarkan bahwa seorang ayah sebenarnya tidak punya kriteria yang muluk dan berat kepada pria yang akan menjadi menantunya. Yang terpenting adalah si pria harus bisa membahagiakan dan menjaga putrinya sepenuh hati, seperti ayah yang menjaga putrinya. 


Inilah surat Kelly untuk putri-putrinya.


"Putriku, Aku hanya ingin mengatakan sesuatu kepadamu. Seorang pria yang layak untukmu adalah pria yang tahu bahwa kamu adalah sosok yang menarik. 

Aku tidak peduli kalau ia meletakkan sikunya di meja makan, selama ia tidak bisa melepaskan pandangannya darimu dan terpesona saat melihat senyumanmu. Dan ia tidak bisa berhenti untuk membuatmu tersenyum setiap saat.

Aku tak peduli kalau ia tidak bisa bermain golf bersamaku, asalkan ia bisa bermain dengan anak-anak yang kau berikan kepadanya, mengalami setiap masa senang dan frustrasi bersama-sama.

Aku tak peduli dia punya tubuh yang kuat, asalkan dia punya semangat dan usaha yang kuat untuk tetap bisa ada di hatimu selamanya. 

Aku tak peduli kalau dia boros dan tidak pernah mengikuti dompetnya, asalkan ia selalu bisa mengikuti kata hatinya yang selalu menuntunnya untuk kembali padamu.

Aku tak akan pernah peduli siapa yang akan dipilihnya di pemerintahan, asalkan saat ia bangun pagi ia selalu memilihmu dan menempatkanmu sebagai orang nomor satu di rumah dan di hatinya.

Aku juga tak pernah peduli dengan warna kulitnya, selama ia selalu bisa mewarnai kanvas kehidupan kalian dengan pengorbanan, pengertian, kesabaran, dan kelembutan.

Dan pada akhirnya sayangku, jika kau sudah menemukan pria seperti ini, aku akan menyetujuinya. Karena aku, ayahmu, dan pria yang akan menjadi suamimu ini, punya satu kesamaan. Kami akan sama-sama punya satu hal yang paling penting dalam hidup kami, yaitu kau." 

Anak Perempuan yang Meninggalkan Rumah




Setua apapun anak perempuan, dia masih putri kecil yang tidak tau apa-apa bagi orang tuanya. Terlebih bagi seorang ayah.

Ayah adalah orang yang paling kuat, , ayah tipe orang yang tidak ada lelahnya dan pekerja keras, terlebih saat mencari uang demi ijazah, baju cantik dan makanan enak untuk anak perempuannya. ayah terlihat sok cuek dan kuat, ayah jarang menelpon anak perempuannya yang sedang kuliah di luar kota hanya untuk menanyakan kabar. Tapi justru ayah lah yang menyuruh mama menelpon dan menanyakan kabar anak perempuannya.

Namun, ayah lah yang selalu memberi uang jajan lebih secara sembunyi-sembunyi dari mama pada anak perempuannya. Ayah ialah orang yang paling panic saat anak perempuannya bercerita bahwa ia mengalami luka kecil saat terjatuh dari motor. Ayah yang selalu menelpon sampai 5 kali sehari saat anak perempuannya mengeluh sedang sakit. Ayah yang selalu mengantarkan anak perempuannya di hari pertama ia memasuki jenjang pendidikan baru.

Tapi bukan tidak sering ayah memarahi anak perempuannya, yah, harap di maklumi jika anak perempuannya amat sangat manja.

Anak perempuannya pun sering kesal jika keinginannya tidak dikabulkan.  hingga merajuk beberapa hari dan hanya ayah yang sabar meghadapi sifat anak perempuannya yang seperti itu.  
Namun saat anak perempuannya meminta ijin untuk kuliah di luar kota, ayah lah yang paling berat memberikan ijin. Ayah ragu, bagaimana mungkin anak perempuan satu-satunya itu hidup mandiri dikota orang, ahh, ayah lupa, putri kecilnya kini sudah dewasa. Waktu sangat cepat berjalan.

Ayah ialah orang berat memberikan ijin, begitu pula dengan anak perempuannya, berat hati untuk meninggalkan rumah, terlebih ketempat asing yang baru dia kenal. Inilah jalan hidup yang harus dijalani, anak perempuannya harus meninggalkan rumah demi mengejar cita dan cintanya.  Namun ayah selalu meyakinkan, jika putrinya kelelahan atau terjatuh, rumah selalu terbuka lebar menyambutnya tanpa menuntut berhasil atau tidaknya. Ayah akan menerima kembalinya anak perempuannya ke rumah dengan tangan lebar.

dibelahan bumi manapun, seorang ayah selalu ingin terlihat kuat, sok cool, apalagi ketika anak perempuannya datang kepadanya dengan mengenalkan kekasih hatinya. Pasti rasa cemburu itu ada, dan saat itu juga, seorang ayah mungkin baru tersadar, putri kecilnya kini telah dewasa.
Dan suatu saat nanti, putrinya juga pasti akan meninggalkan rumah, bukan untuk alasan pendidikan, namun karna jalan hidup untuk berpasangan. Ketahuilah, meninggalkan rumah untuk seorang anak perempuan itu amat sangat berat. Lebih berat ketimbang saat meninggalkan rumah dengan alasan pendidikan. Tapi inilah hidup

Dan sebelum masa itu datang, anak perempuan itu kini merasakan rindu. Rindu ingin kembali ke masa kecilnya, dimana ia menangis hanya karna alasan ice cream. Rindu saat berada dirumah, karna tanpa sadar, anak perempuan itu selalu membuat tempat kini ia tinggal semirip mungkin dengan rumah tempat orang tuanya. Anak perempuan itu kini sudah sangat menghargai waktu, terlebih waktu berkumpul dengan keluarga. Anak perempuan itu juga rindu cinta pertamanya, yah, sapa lagi cinta pertama seorang anak perempuan selain ayahnya. Rindu yang amat sangat ditengah buih-buih gombal lelaki yang datang silih berganti.

*Terima kasih mengijinkan anak kecil ini berpetualang dan melihat dunia. Aku disini tidak akan lupa dengan tanggung jawab pendidikanku.


*dan saat tulisan ini di upload, anak perempuan itu sudah menyelesaikan tanggung jawab pendidikannya, namun ia masih haus pertemanan, petualangan dan pertemuan orang-orang hebat. Memang sudah masanya ia untuk pulang kembali ke rumah. Awalnya anak perempuan itu sangat excited mengetahui ia akan kembali ke zona amannya, namun ternyata ia juga merindukan kehidupan dan hari-hari yang berat dulu saat masih menempuh studi. Namun anak perempuan it uterus berusaha meyakinkan diri, bahwa memang sudah waktunya. Melakukan yang terbaik sebelum masa ia harus mengikuti cintanya tiba. Meninggalkan rumah untuk jalan hidup berpasangan.